Sejak kemunculan Internet pada tahun 1990-an, dunia maya terus berkembang. Seperti yang sudah kita ketahui banyak bermunculan berbagai ekosistem virtual yang dimediasi oleh teknologi komputer seperti jejaring sosial, konferensi video, virtual 3D seperti komunikasi dalam Virtual Reality (VR), aplikasi augmented reality seperti Pokemon Go, dan Game Token Non Fungible seperti Upland. Ekosistem virtual seperti itu, meskipun tidak abadi dan tidak terhubung secara langsung dengan kita, namun dapat diakui meningkatkan transformasi digital. Istilah 'Metaverse' nyatanya dikembangkan untuk dapat memfasilitasi transformasi digital di semua aspek kehidupan.
Metaverse digambarkan sebagai ruang virtual yang luas dimana pengguna dapat berinteraksi dengan objek digital 3D dan avatar virtual secara kompleks seakan berada di dunia nyata. Hal ini membuat metaverse menjadi sisi lain dari dunia nyata yang kita tinggali saat ini, tetapi satu hal yang tampaknya pasti: Metaverse akan menjadi versi internet generasi berikutnya yang impresif dan kemungkinan dibuat oleh teknologi virtual atau augmented reality technology.
Menurut sebuah laporan Bloomberg Intelligence, lingkungan metaverse memiliki prospek ekonomi yang sangat menjanjikan dan diproyeksikan mampu mencapai 800 miliar pada pertengahan dekade ini, dan pada tahun 2030 diharapkan berlipat ganda menjadi 2,5 triliun. Melihat angka-angka ini, jelas mengapa perusahaan teknologi besar melihat metaverse sebagai masa depan teknologi.
Sangat menarik jika kita memikirkan bagaimana perusahaan dapat memanfaatkan metaverse sebagai dukungan di tiap saluran layanan pelanggan dalam sebuah bisnis. Bayangkan bagaimana ponsel hingga saat ini telah berevolusi sebagai media utama untuk layanan pelanggan. Jika yang dikatakan pakar teknologi benar tentang metaverse sebagai penerus seluler, layanan pelanggan mungkin menjadi bidang pertama yang menerapkan percakapan dengan AI secara virtual.
Jika sebelumnya kita akrab dengan asisten virtual yang hanya bisa kita temui melalui layar komputer atau ponsel, keberadaan metaverse tak menutup kemungkinan membuat conversational AI (AI percakapan) berubah menjadi karakter virtual berbasis AI yang dapat digunakan untuk mengisi dunia virtual. Avatar bertenaga AI ini akan dapat terlibat dengan banyak modalitas yang digunakan orang, seperti ekspresi wajah, bahasa tubuh, emosi, hingga interaksi fisik tanpa berbicara
Saat ini, banyak organisasi menggunakan chatbot yang canggih dan asisten virtual untuk membantu penggunanya dengan melakukan berbagai tugas seperti membuat reservasi restoran, memesan hotel, menangani keluhan, dll. Metaverse juga membutuhkan layanan pelanggan virtual – tetapi dengan karakter virtual ini, pengguna dapat terlibat dalam percakapan terbuka, meminta saran, membuat lelucon, atau bahkan membuat Anda tertawa sebagai balasannya.
Kita mengharapkan interaksi, keterlibatan emosional, dan kepribadian dalam sebuah ekosistem digital baik di situs web maupun aplikasi. Ketika bisnis memberikannya, baik di metaverse atau teknologi saat ini, hasilnya dapat dilihat di seluruh customer journey yang semakin menjadi lebih baik.
Metaverse adalah evolusi dari interaksi digital, dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence mampu memberikan kesan hidup pada avatar yang mirip dengan manusia sehingga membuatnya terkesan memanusiakan objek buatan.
Namun, implementasi interaksi digital ke depan tentu membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Dengan teknologi AI yang kami tawarkan, perusahaan Anda dapat mendigitalkan layanan pelanggan mulai hari ini. Seperti visi kami untuk memanfaatkan AI sebagai cara untuk memanusiakan interaksi antara manusia dan teknologi.